Sebut Pernikahannya Bagai Neraka, Mantan Istri Pembajak EgyptAir Buka Suara
Agen13 - Pelaku pembajakan pesawat maskapai Mesir, EgyptAir, Seif El Din Mustafa
disebut sebagai pria pengangguran dan pecandu narkoba oleh mantan
istrinya. Sang mantan istri juga menyebut kehidupan rumah tangganya
dengan Mustafa bagai hidup di neraka.
Dalam wawancara pertamanya dengan surat kabar Siprus, Phileleftheros seperti dilansir media Inggris, Daily Mail,
Kamis (31/3/2016), wanita bernama Marina Paraschou menyebut Mustafa
sebagai sosok yang kasar terhadap dirinya juga tiga anaknya. Bahkan
Paraschou menyebut Mustafa sebagai pecandu narkoba yang sering marah dan
kasar terhadapnya jika tak mendapat narkoba untuk dipakai.
"Sebagian
besar media menggambarkan situasi romantis dengan seorang pria yang
berusaha mencari mantan istrinya. Tapi itu jauh dari kebenaran dan
mereka akan memiliki pendapat berbeda jika tahu seperti apa dia
(Mustafa) sebenarnya," ucap Paraschou.
"Pernikahan (dengan
Mustafa) itu seperti pernikahan neraka yang penuh ancaman, pemukulan,
penyiksaan dan ketakutan. Dia tahu bagaimana memicu ketakutan dan
menciptakan penderitaan di sekitarnya. Dia tidak stabil dan mengerikan,"
imbuh wanita berusia 51 tahun ini.
Paraschou bertemu dengan Mustafa pada tahun 1983 silam, ketika dia masih
berusia 18 tahun. Dua tahun kemudian, keduanya menikah. Mereka
dikaruniai tiga anak selama pernikahan yang berlangsung 5 tahun, yang
disebut Paraschou sebagai: "Masa paling kelam dalam hidup saya."
Selama
menikah, keduanya tinggal bersama orang tua Paraschou di Siprus. Saat
itu Mustafa tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran sehingga tidak
pernah menyokong keluarganya secara finansial. Hingga akhirnya mereka
bercerai pada tahun 1990, namun Mustafa baru meninggalkan Siprus tahun
1994.
Paraschou yang berasal dari Oroklini, desa kecil dekat
bandara Larnaca, Siprus, ini mengaku pernah menghubungi Mustafa yang
saat itu sudah pulang ke Mesir. Saat itu, Paraschou bermaksud
memberitahu salah satu anak mereka tewas dalam kecelakaan.
"Saya
menghubunginya dan semua yang dia katakan adalah 'Apa peduli saya?' Saya
bisa memastikan kepada Anda, dia tidak pernah peduli pada saya maupun
anak-anaknya -- baik saat masih ada di Siprus maupun setelah dia pergi.
Satu-satunya hal yang dia berikan adalah rasa sakit, ketidakbahagiaan,
dan ketakutan," terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar