Gelar Pahlawan untuk Pak Harto, Jimly: Banyak Aspek Dibahas Termasuk Timing
Agen13 - Wacana pemberian gelar kepada Soeharto digulirkan dalam Munaslub Golkar
di Badung, Bali. Wakil Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda
Kehormatan Jimly Asshiddiqie mengatakan sebenarnya gelar tersebut telah
dibahas sebanyak 2 kali pada periode lalu, tetapi belum ada kesimpulan
yang berarti.
"Mengenai Pak Harto, Gus Dur, itu sudah dua kali dibahas periode lalu. Kesimpulannya saat itu timing
belum tepat. Kita enggak tahu tahun ini. Tunggu saja prosesnya," ucap
Jimly di XXI Ballroom Djakarta Theatre, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat,
Jumat (20/5/2016).
Jimly mengatakan biasanya usulan tersebut
resmi disampaikan dari Kementerian Sosial baru dirapatkan di Dewan
Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Setelah itu baru dirapatkan dan
dibahas menyangkut banyak aspek, termasuk masalah timing atau waktu
pengumuman.
"Kita biasanya kalau sudah resmi dari Mensos kita
akan rapatkan. Yang jelas kalau calon yang lolos dari Mensos artinya
secara person sudah dianggap layak dan dipertimbangkan dapat gelar
pahlawan nasional. Mungkin di dewan gelar itu akan didiskusikan hal-hal
yang bukan hanya menyangkut teknis tentang syarat, banyak aspek yang
perlu dibicarakan, termasuk soal timing," papar Jimly.
Mengenai dorongan Golkar untuk pemberian gelar pahlawan nasional pada The Smiling General, Jumly menyebut hal itu perlu dihargai. Namun dia belum tahu sejauh mana usulan tersebut dilakukan.
"Tapi
apa yang diputuskan Golkar perlu dihargai karena itu lah kehendak
sebagian masyarakat beri penghargaan tokoh yang diidolakan. Kita harus
bangun tradisi, bukan hanya tradisi mengkritik mengecam tapi juga
menghargai tokoh-tokoh kita di masa lalu. Tapi kita lihat nanti, kita
rapatkan dulu. Saya tidak tahu sampai mana pengusulannya, karena setiap
tahun ada proses pengusulan sendiri," kata Jimly.
Mengenai pro
kontra yang timbul dari usulan tersebut, Jimly pun mengaku hal itu akan
ikut dipertimbangkan. Namun, lanjut Jimly, hal itu berpulang kembali
kepada bagaimana sikap pemerintah dalam menanggapi hal tersebut.
"Kita
kan niatnya baik daripada keputusan ribut. Para pemimpin perlu turun
jelaskan raisonalitas dari keperluan kita bangun tradisi menghargai.
Jangan mengecam dendam melulu. Misalnya pelanggaran HAM masa lalu.
Pemerintah mau selesaikan tapi masih ada saja yang pelihara dendam. Kita
ingin dendam masa lalu diakhiri. Ini satu keperluan yang tidak penting
ditanamkan. Selebihnya kita lihat sudah diajukan kembali atau belum. Ini
baru statement hasil Munas Golkar," pungkas Jimly.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar