Begini Cerita Terbongkarnya Dugaan Novanto Minta Saham ke PT Freeport
Agen13 "Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said akhirnya buka
suara terkait adanya dugaan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto
melobi PT Freeport Indonesia. Hal ini dia beberkan untuk menjawab
pertanyaan salah satu anggota Komisi VII DPR yang membidangi masalah
energi, Bowo Sidik Pangarso.
Dalam rapat kerja antara Komisi VII
dengan Menteri ESDM, Bowo bertanya soal alasan Sudirman melaporkan
Ketua DPR Setya Novanto ke MKD. "Kami ingin menanyakan, kenapa bapak
sampai melaporkan rekan kami ketua DPR ke MKD. Memang apa latar
belakangnya, sampai Anda begitu mengabil tindakan dengan melaporkan
tersebut?" tanya Bowo kepada Menteri Sudirman di dalam rapat kerja di
gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Sudirman
pun blak-blakan menjelaskan awal mula terbongkarnya upaya lobi tersebut.
Menurut dia upaya ini bermula saat Majelis Permusyawatan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah mengundang jajaran direksi
PT Freeport. Presiden Direktur PT Freeport Maroef Sjamsoeddin
menceritakan soal undangan tersebut kepada Menteri ESDM Sudirman Said.
"Pak
Maroef menyampaikan pesan ke saya bahwa dia diajak bertemu dengan MPR,
DPD, DPR," kata Sudirman saat menjawab pertanyaan dari anggota Komisi
VII DPR Bowo Sidik Pangarso dalam rapat kerja di gedung parlemen,
Senayan, Jakarta, Selasa (1/12/2015).
Maroef, kata Sudirman,
kebingungan mendapatkan undangan tersebut. Akhirnya agar pertemuan lebih
elegan, Freeport mengirim surat agar pertemuan dengan MPR,DPR, dan DPD
bisa digelar sekaligus dalam satu waktu. "Ini forum perkenalan pimpinan
Freeport ke institusi politik," kata Sudirman.
Dalam
perjalanannya akhirnya jajaran direksi PT Freeport bertemu dengan ketiga
lembaga tersebut secara terpisah. "Yang menarik, ketika bertemu
pimpinan MPR lengkap bersama timnya. Begitu pun tim Freeport saat
bertemu DPD juga sama. Tapi ketika jelang ketemu DPR, dikondisikan hanya
bertemu pak Maroef dan beliau (Ketua DPR Novanto) sendirian. Ketua DPR
mengatakan ke Pak Maroef, nanti saya kumpul-kumpul ngopi-ngopi," kata
Sudirman menirukan cerita Maroef.
Kepada Maroef, Novanto juga
berjanji akan mengenalkan salah satu koleganya yang belakangan diketahui
adalah seorang pengusaha minyak Muhammad Reza Chalid. "Di sini saya
kebingungan, urusannya apa dengan Ketua DPR," kata Sudirman.
Maroef
pun menuruti permintaan Novanto. Pada pertemuan kedualah Novanto
mengenalkan Reza Chalid kepada Maroef. Pada pertemuan ketiga, Sudirman
sudah melihat adanya kejanggalan.
"Pertemuan ketiga, pengusaha
yang dimaksud pun sudah mulai ikut mengatur. Keduanya (Novanto dan Reza)
aktif. Dan jelang pertemuan ketiga, saya ditanya ini musti gimana. Saya
sebut, seperti biasa silakan ditemui karena kehormatan bertemu pimpinan
negara," saran Sudirman kepada Maroef.
Kepada Maroef, Sudirman
juga meminta agar semua isi pertemuan itu dicatat. "Setelah bertemu saya
diberi gambar, ada angka, minta angka dan proyek listrik. Saya
mengetahui itu pertengahan Juli. Setelah saya mengetahui, karena disebut
nama Presiden dan Wapres, saya berkewajiban melaporkan (ke MKD)," kata
Sudirman.
Pada 16 November 2015, setelah melapor ke Presiden
Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, Sudirman melaporkan dugaan pelanggaran
kode etik oleh Ketua DPR Setya Novanto ke MKD.
Novanto sendiri
dalam berbagai kesempatan sudah membantah menggunakan nama Presiden
Jokowi dan Wapres JK untuk meminta jatah saham ke PT Freeport.
"Saya
meyakini bahwa saya tidak pernah pakai nama Presiden karena saya
berhubungan selama ini secara baik, sesuai tugas masing-masing dan
selalu menjaga martabat kedua belah pihak," kata Novanto kepada
detikcom, 17 November 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar