Maju Mundur Dhimam Abror yang Kini Gagal Jadi Penantang Risma
Agen13 "Sosok Dhimam Abror ada di tengah pusaran isu panas yang membuat Pilwalkot Surabaya terancam ditunda tahun 2017. Maju mundur sosok Dhimam di 'ring tinju' Pilwalkot Surabaya seolah jadi salah satu faktor utama yang membuat nasib cawalkot incumbent Tri Rismaharini masih menggantung hingga kini.
Dari Daftar Riwayat Hidup yang diunduh detikcom pada Selasa (1/9/2015) dari situs KPU Kota Surabaya, Dhimam mempunyai latar belakang sebagai jurnalis.
Pada satu periode waktu , dia menjabat sebagai pemimpin redaksi sebuah media, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, sekaligus sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Timur.
Dhimam yang saat ini menjabat sebagai Ketua Harian Koni Jawa Timur mempunyai riwayat pendidikan hingga S2. Dia pernah mengenyam pendidikan di Charles Sturt University Australia pada 1991-1994. Dia punya motto hidup, "Sekali berarti sudah itu mati."
Sebelum maju sebagai calon wakil wali kota mendampingi calon wali kota Surabaya Rasiyo, Dhimam sebelumnya maju menjadi calon wali kota didampingi oleh calon wakil wali kota Haries Purwoko.
Sedikit kilas-balik, pendaftaran calon Pilwalkot Surabaya tahap pertama dibuka pada 26 sampai 28 Juli 2015. Namun hingga akhir waktu yang ditetapkan hanya pasangan Risma-Whisnu yang mendaftar. Kalau begini ceritanya, tak mungkin Pilwalkot digelar.
Maka pendaftaran diperpanjang KPU selama tiga hari dari 1 sampai 3 Agustus 2015. Dalam kurun waktu ini, muncullah Dhimam Abror yang berpasangan dengan Haries Purwoko. Dengan diantar pendukungnya pasangan ini mendaftarkan diri ke KPU Kota Surabaya.
Keanehan terjadi di Kantor KPU Kota Surabaya pada Senin (3/8) kala itu. Haries Purwoko tiba-tiba 'menghilang' di hari terakhir pendaftaran itu. Alasannya, dia tak terima ada orang yang mengatainya sebagai 'calon boneka'. Maka gagal-lah pencalonan Dhimam-Haries.
Namun Dhimam ternyata masih berniat maju di Pilwalkot Surabaya 2015. Kali ini dia tak lagi menjadi calon wali kota, melainkan calon wakil wali kota. Dia mendampingi Rasiyo dan mendaftar di masa perpanjangan selanjutnya yang digelar dari 9 sampai 11 Agustus.
Namun KPU berkata lain, Dhimam tak lolos dan terpaksa mundur dari pencalonan, setidaknya sampai saat ini. Pasangan usungan Partai Demokrat dan PAN ini gagal lolos verifikasi KPU Kota Surabaya karena dua hal. Pertama, laporan pajak Dhimam tak lengkap, dia belum menyertakan surat bebas tunggakan pajak.
Kedua, KPU Kota Surabaya menyatakan SK Rekomendasi dari DPP PAN dinilai tak sama. SK dari DPP PAN hasil pemindaian (scan) yang diterima KPU pada 11 Agustus berbeda dengan SK yang diterima KPU pada 19 Agustus.
Setelah pasangan Rasiyo-Dhimam dinyatakan gugur, PD dan PAN pun mempersiapkan calon lain penanding Risma. Sebab berkas Dhimam dinyatakan bermasalah dan tidak bisa melanjutkan pencalonan. PD dan PAN juga melaporkan keputusan KPUD Jatim tersebut ke Bawaslu. PD dan PAN melihat ada keanehan dan cenderung ada pengacau yang ingin menggagalkan Pilwalkot Surabaya. Senada dengan kedua partai itu, cawalkot incumbent Risma juga melihat hal yang sama. "Ono sing aneh (ada yang aneh)," kata Risma kemarin.
Lalu apakah fenomena keanehan menjelang Pilwalkot Surabaya ini akan terjawab? Hal ini sama misteriusnya dengan siapa 'udang'di balik upaya mengacaukan Pilwakot Surabaya, juga tentang kepastian apakah Pilwalkot Surabaya bakal digelar tahun 2015 ini.
Dari Daftar Riwayat Hidup yang diunduh detikcom pada Selasa (1/9/2015) dari situs KPU Kota Surabaya, Dhimam mempunyai latar belakang sebagai jurnalis.
Pada satu periode waktu , dia menjabat sebagai pemimpin redaksi sebuah media, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, sekaligus sebagai Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Jawa Timur.
Dhimam yang saat ini menjabat sebagai Ketua Harian Koni Jawa Timur mempunyai riwayat pendidikan hingga S2. Dia pernah mengenyam pendidikan di Charles Sturt University Australia pada 1991-1994. Dia punya motto hidup, "Sekali berarti sudah itu mati."
Sebelum maju sebagai calon wakil wali kota mendampingi calon wali kota Surabaya Rasiyo, Dhimam sebelumnya maju menjadi calon wali kota didampingi oleh calon wakil wali kota Haries Purwoko.
Sedikit kilas-balik, pendaftaran calon Pilwalkot Surabaya tahap pertama dibuka pada 26 sampai 28 Juli 2015. Namun hingga akhir waktu yang ditetapkan hanya pasangan Risma-Whisnu yang mendaftar. Kalau begini ceritanya, tak mungkin Pilwalkot digelar.
Maka pendaftaran diperpanjang KPU selama tiga hari dari 1 sampai 3 Agustus 2015. Dalam kurun waktu ini, muncullah Dhimam Abror yang berpasangan dengan Haries Purwoko. Dengan diantar pendukungnya pasangan ini mendaftarkan diri ke KPU Kota Surabaya.
Keanehan terjadi di Kantor KPU Kota Surabaya pada Senin (3/8) kala itu. Haries Purwoko tiba-tiba 'menghilang' di hari terakhir pendaftaran itu. Alasannya, dia tak terima ada orang yang mengatainya sebagai 'calon boneka'. Maka gagal-lah pencalonan Dhimam-Haries.
Namun Dhimam ternyata masih berniat maju di Pilwalkot Surabaya 2015. Kali ini dia tak lagi menjadi calon wali kota, melainkan calon wakil wali kota. Dia mendampingi Rasiyo dan mendaftar di masa perpanjangan selanjutnya yang digelar dari 9 sampai 11 Agustus.
Namun KPU berkata lain, Dhimam tak lolos dan terpaksa mundur dari pencalonan, setidaknya sampai saat ini. Pasangan usungan Partai Demokrat dan PAN ini gagal lolos verifikasi KPU Kota Surabaya karena dua hal. Pertama, laporan pajak Dhimam tak lengkap, dia belum menyertakan surat bebas tunggakan pajak.
Kedua, KPU Kota Surabaya menyatakan SK Rekomendasi dari DPP PAN dinilai tak sama. SK dari DPP PAN hasil pemindaian (scan) yang diterima KPU pada 11 Agustus berbeda dengan SK yang diterima KPU pada 19 Agustus.
Setelah pasangan Rasiyo-Dhimam dinyatakan gugur, PD dan PAN pun mempersiapkan calon lain penanding Risma. Sebab berkas Dhimam dinyatakan bermasalah dan tidak bisa melanjutkan pencalonan. PD dan PAN juga melaporkan keputusan KPUD Jatim tersebut ke Bawaslu. PD dan PAN melihat ada keanehan dan cenderung ada pengacau yang ingin menggagalkan Pilwalkot Surabaya. Senada dengan kedua partai itu, cawalkot incumbent Risma juga melihat hal yang sama. "Ono sing aneh (ada yang aneh)," kata Risma kemarin.
Lalu apakah fenomena keanehan menjelang Pilwalkot Surabaya ini akan terjawab? Hal ini sama misteriusnya dengan siapa 'udang'di balik upaya mengacaukan Pilwakot Surabaya, juga tentang kepastian apakah Pilwalkot Surabaya bakal digelar tahun 2015 ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar