Wanita di Situbondo ini Bernama Mati, Kondisinya Segar Bugar
Agen13 "Kata 'mati' selalu saja identik dengan kematian. Namun di Situbondo
Jawa Timur, Mati ternyata masih hidup. Kondisi wanita buruh tani itu
bahkan masih segar bugar. Ibu 2 anak itu juga tidak pernah merasa gusar,
ngeri, atau aneh dengan nama Mati, yang telah diberikan kedua
orangtuanya pada 46 tahun silam.
"Sudah terbiasa sejak kecil.
Orang di sini juga biasa memanggil saya Mathi, tapi tulisannya Mati.
Benar sesuai di KTP, saya segar bugar," kata Mati kepada detikcom di
rumahnya, di Dusun Palangan Barat RT 03 RW 01 Desa Palangan, Kecamatan
Jangkar, Rabu (9/9/2015).
Sesuai data di KTP elektronik bernomor
3512124107690017, nama wanita ini memang bertuliskan Mati. Dia lahir di
Situbondo pada 1 Juli 1969. Mati merupakan anak bungsu dari empat
bersaudara, yang lahir dari pasangan Marin dan Ambasi. Wanita ini tidak pernah protes terhadap kedua orangtuanya yang kini
telah sama-sama meninggal dunia, terkait pemberian nama Mati kepada
dirinya. Ketiga kakaknya memiliki nama yang wajar. Saudara tertuanya
bernama Maya, lalu anak kedua bernama Toyani, ketiga Sumawi, lalu si
bungsu bernama Mati.
"Tapi sekarang tinggal tiga, kakak ketiga saya, Asmawi, sudah meninggal dunia," sambung Mati.
Meski namanya sendiri tergolong cukup aneh, namun Mati tidak
berinisiatif memberikan nama yang aneh-aneh pula kepada anak-anaknya.
Terbukti, kedua anaknya hasil pernikahan Mati dengan Shaleh namanya
cukup bagus, yakni Isnawati dan Hadi. Kedua anak Mati itu kini sudah
sama-sama telah menikah.
Kepala Desa Palangan Kecamatan Jangkar,
Mashudi mengatakan, data dalam KTP itu sudah benar. Warga setempat juga
tidak merasa janggal dengan nama Mati tersebut. Sebab, panggilan
keseharian yang bersangkutan jauh dari makna kematian.
"Hanya
tulisannya Mati, kalau orang-orang di sini memanggilnya Mathi. Masak mau
ditulis Madi, nanti malah mirip nama laki-laki. Jadi KTP itu sudah
benar dan tidak ada masalah," papar Mashudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar