Kamis, 29 Oktober 2015

Dr Muhammad Nur dan Kisah Penciptaan Air Purifieruntuk Korban Asap

Dr Muhammad Nur dan Kisah Penciptaan Air Purifier untuk Korban Asap

Agen13 - Dr Muhammad Nur DEA, merupakan ahli fisika plasma di Indonesia yang menciptakan Zetagreen, alat penjernih udara dengan teknologi plasma ramah lingkungan. M. Nur merupakan lulusan Joseph Fourier University Grenoble, Prancis dan kembali ke Indonesia untuk mendedikasikan ilmunya.

Ayah tiga anak itu memang sudah sejak lama mendalami ilmu fisika. Ia mendapatkan gelar BSc and Drs dari Universitas Gajahmada, Yogyakarta dalam ilmu fisika. Kemudian Nur menjadi dosen di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Ketertarikannya dengan ilmu fisika terutama tentang plasma membuatnya meneruskan pendidikan ke Joseph Fourier University Grenoble, Prancis sejak tahun 1993 hingga 1998.

"Masuk di bidang ini (plasma) sudah sejak tahun 1993 sejak kuliah di Prancis," kata Nur kepada detikcom, Kamis (29/10/2015).

Di Prancis, Muhammad Nur  menerima beberapa gelar yaitu DEA pada bidang Energetics Physics especially on Plasma and Nuclear Sciences dari Institut Nationale Sciences Technique Nuclear and Ecole National Physique de Grenoble. Kemudian PhD dari Joseph Fourier University Grenoble dalam bidang Physics of Material and Radiation dengan desertasi Plasma Spectroscopy.

Sejak tahun 1998 Nur kembali ke Undip dan kembali mengajar serta memulai sejumlah penelitian dan pengembangan. Bersama dengan Center for Plasma Research Team (CPR Team) yang didirikannya di Undip, Nur meneliti pemanfaatan plasma untuk mereduksi gas emisi NOx, SOx, COx, dan HC. Awalnya dana penelitian berasal dari mandiri kemudian tahun 2003 didanai dari Hibah Bersaing XI, Dikti.

Sejak saat itu penelitian memberikan hasil dan didaftarkan paten tahun 2004. Nur kemudian mengaplikasikan temuannya untuk kebersihan udara ke sumber emisi gas salah satunya knalpot.

"Awalnya saya membuat knalpot, kita patenkan tahun 2004. Dengan teknologi plasma itu sangat penting terutama untuk lingkungan," tegas pria kelahiran Batubara, Sumatera Utara tahun 1957 itu.

"Jadi polusi udara dari pembakaran hidrokarbon seperti di jakarta dari kedaraan bermotor sudah dibatas ambang," imbuhnya.

Namun pengaplikasian secara massal pada knalpot kendaraan ternyata tidak berjalan mulus karena tidak leluasanya kontrol pada perusahaan otomotif. Namun ia tidak berhenti begitu saja, penelitian dikembangkan sehingga terciptalah Zetagreen.

Zetagreen kemudian dipesan dan sudah dipasang di sejumlah rumah sakit di berbagai wilayah termasuk Jawa Timur, Medan, Palu dan sebagainya. Sejak tahun 2010 setidaknya sudah 500 unit yang dimanfaatkan.

Sejak kabut asap mulai melanda Kalimantan, beberapa bulan terakhir, Nur mulai berpikir kenapa temuannya tidak diaplikasikan untuk warga di sana. Kemudian pihak Kemenristekdikti berkoordinasi dengan Undip untuk berencana menggunakan Zetagreen.

"Awal-awal kabut asap itu fokusnya mematikan api di hutan. Tapi kemudian setelah melihat warga bahkan anak-anak tewas akibat asap, saya berpikir kenapa tidak diaplikasikan saja," ujarnya.

Sudah banyak hasil penemuan Nur dengan meaplikasikan plasma untuk lingkungan, kesehatan, hingga pangan. Dengan keahlian yang masih jarang dimiliki orang Indonesia itu, Nur juga sudah bergabung sebagai anggota Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) yang berpusat di Amerika.

"Plasma itu bisa juga untuk tekstil, kemudian bisa juga untuk kesehatan, pupuk. Bisa juga produksi ozon," terangnya.

Kini Nur sedang berusaha  Indonesian Center for Plasma Research untuk mempersatukan para ahli fisika terutama di bidang plasma yang saat ini jumlahnya terus betambah.

"Saya sedang berusaha membuat Indonesian Center for Plasma Research, sudah tahap proposal. Di Indonesia ini masih sedikit yang mendalami itu," pungkasnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System

Disqus Shortname