Begini Cara Mafia Hong Kong Jarah Ikan di Laut RI
Agen13 "Baru-baru ini Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan adanya sindikat asal Hong Kong yang menjarah ikan di lautan Indonesia dengan cara yang destruktif, yakni menggunakan bom potasium. Bagaimana sebenarnya operasi yang dilakukan sindikat ini di lautan Indonesia?
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Subiakto, menjelaskan kapal-kapal sindikat tersebut datang beberapa kali dalam sebulan dengan membawa bahan-bahan peledak untuk dipasok kepada nelayan lokal.
"Kapal-kapal asing (milik sindikat Hong Kong) itu membawa bahan-bahan yang tidak diinginkan, misalnya bahan peledak untuk diberikan kepada nelayan menangkap ikan-ikan karang," kata Slamet saat jeda Rapat Koordinasi KKP di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Para nelayan lokal lalu menggunakan bom yang diberikan oleh sindikat Hong Kong tersebut untuk menangkap ikan-ikan karang. Akibatnya, karang-karang rusak parah dan ikan-ikan karang kehilangan tempat tinggalnya.
Sindikat Hong Kong lalu memborong ikan-ikan karang hasil tangkapan nelayan lokal. Menurut Slamet, adanya bom potasium di pulau-pulau terpencil seperti Mentawai, Natuna, dan sebagainya sudah mengindikasikan adanya aktivitas sindikat Hong Kong tersebut. Sebab, mustahil nelayan lokal bisa memperoleh potasium sendiri.
"Biasanya yang ditangkap ikan Napoleon, ikan Kerapu. Ikan-ikan karang. Di pulau-pulau terpencil kan sulit didapat bahan peledak, itu disuplai oleh sindikat itu. Itu kita larang," tukasnya.
Setidaknya karang di 5 kawasan Indonesia, yakni di Pulau Mentawai, Pulau Natuna, Kepulauan Riau, Pulau Halmahera, dan Pulau Raja Ampat sudah rusak akibat potasium yang dipasok sindikat Hong Kong.
"Di kawasan Mentawai, Natuna, Kepulauan Riau, Halmahera, dan di Raja Ampat. Daerah-daerah lain juga banyak yang belum kita ketahui," tutup Slamet.
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Subiakto, menjelaskan kapal-kapal sindikat tersebut datang beberapa kali dalam sebulan dengan membawa bahan-bahan peledak untuk dipasok kepada nelayan lokal.
"Kapal-kapal asing (milik sindikat Hong Kong) itu membawa bahan-bahan yang tidak diinginkan, misalnya bahan peledak untuk diberikan kepada nelayan menangkap ikan-ikan karang," kata Slamet saat jeda Rapat Koordinasi KKP di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Para nelayan lokal lalu menggunakan bom yang diberikan oleh sindikat Hong Kong tersebut untuk menangkap ikan-ikan karang. Akibatnya, karang-karang rusak parah dan ikan-ikan karang kehilangan tempat tinggalnya.
Sindikat Hong Kong lalu memborong ikan-ikan karang hasil tangkapan nelayan lokal. Menurut Slamet, adanya bom potasium di pulau-pulau terpencil seperti Mentawai, Natuna, dan sebagainya sudah mengindikasikan adanya aktivitas sindikat Hong Kong tersebut. Sebab, mustahil nelayan lokal bisa memperoleh potasium sendiri.
"Biasanya yang ditangkap ikan Napoleon, ikan Kerapu. Ikan-ikan karang. Di pulau-pulau terpencil kan sulit didapat bahan peledak, itu disuplai oleh sindikat itu. Itu kita larang," tukasnya.
Setidaknya karang di 5 kawasan Indonesia, yakni di Pulau Mentawai, Pulau Natuna, Kepulauan Riau, Pulau Halmahera, dan Pulau Raja Ampat sudah rusak akibat potasium yang dipasok sindikat Hong Kong.
"Di kawasan Mentawai, Natuna, Kepulauan Riau, Halmahera, dan di Raja Ampat. Daerah-daerah lain juga banyak yang belum kita ketahui," tutup Slamet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar