Pengamanan Udara Selat Malaka Diprotes Singapura, Wakasal: Itu Wilayah NKRI
Agen13 - Pengamanan jalur laut Selat Malaka oleh pesawat tempur TNI AU sempat
diprotes Singapura. Padahal itu berada di ruang udara milik Indonesia.
TNI
AU membantu pengamanan di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 1
termasuk Selat Malaka yang rawan melalui udara. Namun Singapura protes
karena pesawat Hawk milik TNI AU melintas di ruang udara Kepulauan Riau.
Singapura masih merujuk pada perjanjian mengenai military training areas (MTA)
padahal perjanjian tersebut masa berlakunya sudah habis. Kemudian
rencana perpanjangan perjanjian RI-Singapura mengenai peminjaman ruang
udara Indonesia untuk latihan pesawat tempur Singapura juga batal.
"Itu wilayah kita sendiri. Makanya perlu kekuatan diplomasi sehingga kita ada operasi di wilayah kita nggak ada masalah. Don't care
dengan Singapura karena itu wilayah kita," ungkap Wakasal Laksdya
Widodo di Lantamal III Jakarta, Tanjung Priok, Jakut, Senin (7/9/2015).
Mengenai
protes yang dilayangkan Singapura, menurut Widodo tak perlu diambil
pusing. Apalagi Singapura sudah tak berwenang dengan wilayah latihan di
ruang udara Indonesia.
"Ngak masalah, kita nggak perlu
takut dengan protes dari Singapura karena itu wilayah kita. Itu untuk
kepentingan kita, maju terus pokoknya kita," tegasnya.
Mengenai
bantuan dari TNI AU dalam mengamankan jalur laut Indonesia, Widodo
mengatakan itu sangatlah dibutuhkan. Makanya operasi-operasi gabungan
pun sering dilakukan dalam pengamanan.
"Tetep butuh karena kita
kan harus interoperabilitas, sinergi dalam operasi ini. Kita nggak
mungkin melaksanakan pengamanan laut itu sendirian, butuh udara. Harus
bersinergi apalagi kita ada operasi, namanya eyes in the sky," jelas Widodo.
"Itu
juga gabungan, antara darat, laut, dan udara. Itu untuk Alki 1 di Selat
Malaka karena itu memang yang awareness atau kesiagaannya tinggi.
Banyak permasalahan di sana, bajak laut, perompakan ada di sana,"
sambung mantan Pangarmabar itu.
Untuk mengamankan wilayah laut
Indonesia, TNI AL pun menurut Widodo masih terus berupaya meningkatkan
alutsista dan juga profesionalitas prajurit. Termasuk dengan pengadaan
KRI.
"Kita akan memenuhi target itu (minimum essential force),
cuma tetap mempertimbangkan skala prioritas. Namun saat ini kita juga
membangun kapal-kapal patroli, kita prioritaskan karena akan lebih
efisien dan bisa dibangun di dalam negeri. Di samping kapal-kapal yang
sudah terlanjur kita pesan seperti di Korea itu kapal selam," terang
Widodo.
Sementara itu Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan perlu
ada diplomasi yang baik dalam penanganan permasalahan pelanggaran batas
udara oleh Singapura. Ia yakin antara Singapura Airforce dan TNI AU
sudah terjalin komunikasi.
"Saya belum ngerti betul
(masalahnya), tapi ya pasti sudah koordinasi. Kalau nggak koordinasi
bisa tabrakan itu," ucap Ryamizard di lokasi yang sama
"Tapi
dengan mereka (Singapura) baik-baik kok. Semoga dengan kebaikan dapat
menyelesaikan masalah," imbuh jenderal purnawirawan bintang 4 itu.
Selain itu terkait flight identification region
(FIR) di wilayah Kepri dan Natuna, dikatakan menhan, pemerintah masih
terus melakukan upaya untuk mengambil alih. Ia pun berjanji pemerintah
akan meningkatkan infrastruktur dan SDM agar bisa mengelola FIR di jalur
udara yang gemuk itu.
"Dulu kita kan belum terlalu canggih,
sekarang sudah mulai menyesuaikan. Di kemudian hari kita ambil alih, itu
otomatis. Ya pastilah (segera diupayakan perbaikan infrastruktur),"
tutup mantan Pangkostrad itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar